Pages

RSS

Selasa, 14 Juni 2011

From Hero To Zero

***

 “Tolong…Tolong…Tolong…” terlihat seorang gadis cantik sedang di rampok oleh perampok.

“Hey!” tiba-tiba muncul seorang pria bertobeng hitam dengan pakaian dan jubah hitam.

“Oh Stevano the Hero…” kata gadis itu senang melihat pria itu. ya Pria itu adalah Stevano pahlawan di kota Saint Fx.

“Hey kau perampok! Bukan di sini tempatmu tapi di penjara…” kata Stevano dan sejurus kemudian Stevano
mengeluarkan tali lasonya dan menjeratkan tali laso itu kepada perampok itu.

SWINGGGG Laso itu tepat mengenai perampok itu.

“Sudah.. kembalilah. Biarkan perampok ini saya yang urus…” kata Stevano.

“Terima kasih Stevano…terima kasih…” kata gadis itu langsung berlari pergi.

“Saatnya kau mendekam di penjara…” kata Stevano.

“Sial…” geram perampok itu. akhirnya Stevano membawa perampok itu.

***

“Perampok lagi Stev?” tanya seorang cowok gondrong yang duduk di sofa sebuah rumah yang cukup besar.

“Yupp.. seperti biasa Cap…” jawab Stevano sambil duduk menyebelahi cowok gondrong itu.

“Gue capek Ray…” kata Stevano sambil melepaskan topengnya. Yap cowok yang Stev panggil Cap atau Gocap adalah Ray sahabat terbaik Stev.

“Lah kenapa capekk?? Bukannya bangga jadi pahlawan… gue aja pingin...” kata Ray sambil mengambil toples cemilan yang ada di meja depan sofa.

“Yaaa… gue tuh pingin banget bisa hidup biasa kayak loe… jadi cowok biasa yang bisa bebas menjalani hidup normal, bebas bergaul, punya banyak temen…” kata Stevano.

“Wehh jangan gitu donk… gue kan temen loe,…” protes Ray.

“Iya kan Cuma loe…” kata Stevano.

“Yaudah jalanin aja napa sihhh?? Lagian ini takdir loe Stev.. susah buat ubah takdir loe…” kata Ray.

“STEV, GOCAP!!!” tiba-tiba datang seoarang cewek dengan rambut ikal yang juga sahabat dari Stev dan Ray.

“Nahlo Cap… di cari cewek loe tuh…” goda Stev langsung mengambil toples cemilan dari tangan Ray.

“Ishh apaan sih loe.. siapa juga yang pacaran sama dia.. kita kan Cuma temenan…” kata Ray merona. Sedangkan Stev Cuma bisa cekikikan gak jelas.

“Lagi pada ngapain nie??” tanya cewek itu.

“Gak papa kok Cha…” kata Ray. yap cewek itu adalah Acha.

“Ehh gue denger si Stev abis nolongin orang lagi yaaa??? Congrat ya Stev…” kata Acha mengambil duduk di antara Stev dan Ray.

“Tau aja loe Cha…” kata Stev sambil menggeser duduknya agar Acha bisa duduk di tengah.

“Ya tahu lah secara gue Jurnalis… pasti up date tentang pahlawan kota Saint Fx kita yang satu ini…” kata Acha.

“Tapi loe gak buka kedok gue kan Cha?” tanya Stev.

“Enggak lahhh… tenang aja, gue akan tutup mulut kok…” kata ACha.

“Eh Cha tau gak loe, si Stev katanya bosen loh jadi pahlawan…” kata Ray yang membuat Acha kaget.

“Lah kenapa? Loe gak gila kan? kota masih butuhin loe kali Stev” tanya Acha kaget.

“Yaa gue tahu Cha, tapi sumpah gue pingin jadi orang biasa walaupun Cuma buat 1 bulan ajaa… gue pingin banget hidup normal Cha… pingin kuliah, hangout bareng temen kampus, pokoknya gue pingin hidup serba normal…” curhat Stev. terlihat Acha berfikir.

“Isshh loe aneh yaa.. setau gue tahu tuh yaa ada pepatah yang bilang From Zero to be Hero… tapi kok elo malah pingin From Hero to be Zero sih???” kata Acha.

“bener tuh kata Acha.. aneh loe…” sahut Ray.

“Yaa tapi kan gue capek kalau gini.. gue juga pingin ngerasain jadi orang biasa…” kata Stev.

“Hmm gue rasa gue bisa bantuin loe deh Stev…” kata Acha.

“Maksud loe??” tanya Stev. Acha hanya tersenyum penuh misterius.

***

Di sebuah kampus Saint Dominic salah satu kelas terlihat sangat gaduh, maklumlah kampus Saint Dominc merupakan kampus yang berisi anak-anak nakal.

Kegaduhan kelas itu sejenak terhenti saat dosen yang mengajar datang diikuti oleh  seorang mahasiswa baru yang terlihat sangat cupu.

“Pagi class…” sapa dosen itu yang mengekor seorang mahasiswa baru.

“Pagi mam…” balas mahasiwa-mahasiswa. Sejenak kelas Nampak penuh bisik-bisik saat melihat seorang mahasiswa baru.

“Oke Class, hari ini kelas kalian kedatangan seoarang mahasiswa baru..” kata dosen itu.

“Oke sekarang perkenalkan nama kamu…” perintah dosen itu.

“Perkenalkan nama saya Mario Stevano, tapi kalian bisa panggil saya Rio…” kata mahasiswa itu.

“Stevano?! Masak Stevano cupu sihh?! kalau orang yang nama pakek Stevano harusnya kan keren kayak Stevano pahlawan kota kita!” cibir seorang cewek.

“Angel diam kamu…” bentak dosen itu. Angelpun diam.

Tampak tangan Rio mengepal kesal.

‘Sialan tuh cewek, gak tahu aja kalau gue itu Stevano yang asli… huftt… dasar cewek ganjen..’ batin Rio geram. Yap Rio adalah Stevano yang menyamar. Inilah yang dimaksud Acha. dalam waktu 1bulan Stev diijinkan boleh menjadi orang biasa walaupun dia tetap harus menjadi pahlawan, tapi identitasnya harus di sembunyikan, oleh karena itu untuk membantu menyembunyikan identitas Stev Acha dan Ray juga mendaftar menjadi mahasiswa baru di kampus itu walaupun mereka berbeda kelas.

“Sudah kalau begitu silahkan kamu duduk Rio…” perintah dosen itu. Rio pun berjalan menjari tempat duduk. Sebagian besar mahasiswa menolak kedatangan Rio, kursi yang tadinya kosong langsung sengaja di beri tas agar Rio tidak bisa duduk. Rio sempat bingung mau duduk di mana sampai ada seorang cewek yang sama-sama cupu menawarinya duduk.
“Duduk sini saja Rio…” tawar cewek itu.

“terima kkasih…” jawab Rio dengan nada cupu sambil membenarkan kaca mata tebalnya.

“Kenalin nama gue Alyssa… loe bisa panggil gue Ify…” kata cewek itu.

“A,aku Rio…” jawab Rio dengan gelagat cupu dan kembali membenarkan kaca matanya.

Setelah itu Rio sempat menyapu seluruh pandangan kelas sampai pandangannya terhenti saat melihat seorang cewek cantik yang duduk berjarak 3 bangku di belakangnya. Tampak cewek itu sedang berbincang dengan teman-temannya.
‘Yampun cewek itu cantik bangettt… rambutnya indah, matanya indah…’ batin Rio terpesona melihat kecantikan cewek itu. Rio terus memandang cewek itu sampai cewek itu menyadarinya, tapi saat cewek itu menyadari kalau dilihat oleh Rio, cewek itu malah kelihatan jijik, Rio sempat sedih dan memalingkan pandangannya.

“Loe suka sama dia? Namanya Ashilla… dia the most wanted di kampus ini… gak sembarangan orang bisa deket sama dia.. dia itu terkenal sombong, tapi itu gak buat dia kekurangan temen…” kata Ify yang menyadari kalau sejak tadi Rio melihat Shilla terus.

“Ooo gitu yaaa..” jawab Rio dengan nada lemas.

***

Saat ini Rio sedang berada di kantin dan dia duduk di kantin baling pojok, maklumlah buat anak-anak cupu kantin mereka itu ada di palingggg pojok deket tempat sampah.

“Buset deh si Acha tega amat… kenapa juga gue di jadiin cupu… awas aja tuh kalau sampak gue ketemu sama dia…” gerutu Rio sambil memakan rotinya.

“Woyooo…” tiba-tiba Acha dan Ray datang mengaggetkan Rio.

“Kenapa tuh muka di tekuk… katanya loe pingin hidup normal, pas di kabulin malah gak seneng…” kata Ray duduk menyebalahi Rio.

“Ahh loe pada kemana aja sih?? Gue terkucuilkan nie… BT gue…” protes Rio.

“Yaa elah maaf donk, tadi banyak yang minta kenalan gitu sama kita… iya kan Cap” kata ACha duduk menyebelahi Rio juga.

“Yoyoi…” sahut Ray.

“Ahh tu kan loe gak adil banget sih Cha… masak gue di jadiin cowok cupu sihh? gue itu hero Cha…” kata Rio agak lirih saat mengatakan kata ‘hero’

“Yaa ini konsekuensinya kali Stev…” kata Ray.

“Shutt kalau di kampus panggil gue Rio aja jangan Stev…” kata Rio.

“Iya-iya gue lupa.. lagian loe aneh sih… katanya pingin coba jadi orang biasa, ya ini konsekuensinya… loe mesti terima…” kata Ray.

“Ya tapi kenapa harus jadi cupu.. kenapa gak jadi cowok keren gitu… kalau gini gimana gue bisa dapet temen…Kalian mah enak jadi cowok sama cewek keren…” kata Rio.

“Gini ya Yo, kalau loe jadi cowok keren, banyak orang yang bakalan curiga kalau loe itu Stevano… kalau kita kan bukan super hero jadi gak aka nada yang curiga…” jelas Acha.

“Udahlah Yo.. Cuma 1 bulan ini… nikmatin aja.. lagian ini kan yang loe mau??” kata Ray. Rio Cuma manyun. Tiba-tiba ada seoarang cewek cupu yang menghampiri Rio.

“Hay Yoo…” sapa cewek itu. Rio yang merasa namanya di panggil menengok.

“Ify…” kata Rio mendapati Ify.

“Temen loe Yo?” bisik Ray. Rio Cuma mengangguk.

“Kenapa Fy?” tanya Rio.

“Hmm loe udah dapet kelompok buat ngerjain tugas dari dosen?” tanya Ify.

“Tugas apa ya Fy?” tanya Rio kembali dengan gelagat cupu.

“Tugas sosial, untuk wawancara pemulung itu…” kata Ify.

“oo.. belum.. kenapa ? kamu udah dapet?” tanya Rio sambil membenarkan kaca matanya.

“Belum Yo… kita sekelompok yaa.. soalnya Cuma kita berdua yang belum dapet kelompok…” kata Ify.

‘What gue sekelompok sama cewek cupu ini? bakalan tambah di kucilin gue… coba kalau yang ajak gue itu Ashilla… pasti gue langsung mau deh…’ batin Rio.

“Gimana Yo?” tanya Ify lgi.

“Yaudah…” kata Rio.

“oke yoo.. nanti loe dateng ke rumah gue aja yaa.. kita bicarain di rumah gue…” kata Ify. Rio Cuma mengangguk.

“Yaudah Yo gue balik ke kelas dulu yaaa…” pamit Ify. Ify pun meninggalakn Rio.

“Siapa Yo?” tanya Ray.

“Temen gue..” kata Rio lemes.

“BUWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!” tawa Ray meledak saat mendengar jawaban Rio. Sedangkan Acha mencoba menahan tawanya

TOENGGG… Rio langsung menoyor Ray.

“Kenapa loe? Seneng! Ini semua gara-gara kalian tau.. coba aja kalian jadiin gue orang keren pasti temen-temen gue keren…” kata Rio.

“Hehehe.. ya maaf… gue kelepasan ketawanya…” kata Ray masih menahan tawa.

“Hehehe.. tapi Yo kalau dilihat-lihat dia cantik kok.. Cuma dandanannya aja yang rada cupu…” kata Acha.

“Ck! Di kampus ini Cuma ada satu cewek cantik.. namanya Ashilla.. dia inceran gue…” kata Rio. Mendengar kata-kata itu Ray dan Acha terbelalak kaget dan tawa mereka langsung meledak.

“BUWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!” Ray dan Acha tertawa mendengar kata-kata Rio yang sok romantic.
TOENGGGG!!! Rio menoyor Ray dan Acha dengan kesal. Sedangkan Ray dan Acha masih saja ketawa sambil mengelus kepalanya.

***

#pulang kampus

Rio sedang berjalan bersama Acha dan Ray.

“Rioo..” tiba-tiba dari belakang ada yang memanggil Rio. Rio, Acha dan Ray pun mengehntikan langkahnya.

“Nahyoo cewek loe tuh Yo…” goda Ray.

“Enak aja loe…” protes Rio.

“Kenapa Fy?” tanya Rio.

“Entar jangan lupa ya ke rumah gue.. nie gue kasih alamatnya…” kata Ify memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah Ify.

“Iya tenang ajaa…” jawab Rio.

“Yaudah gue balik dulu yaa…” pamit Ify.

“Gue rasa cewek itu naksir deh sama loe Yo..” goda Acha

“Enak aja loe..” kata Rio.

“Iya loh Yoo cewek itu kelihatannya suka sama loe… loe jadiin pacar aja Yoo… mumpung ada yang mau… jangan sampek di samber orang loh Yoo..” goda Ray.

“bawel loe.. mendingan loe dulu aja yang jadiin si Acha pacar loe.. mumpung Acha masih suka sama loe.. keburu di samber loh…” kata Rio langsung pergi. Mendengar perkataan Rio, Pipi Ray dan Acha langsung merona dan mereka kelihatan salting.

“Balik yuk…” ajak Ray malu-malu dan mengagandeng Acha.

“Ayukk..” jawab Acha membalas gandengar Ray dengan malu-malu. Ray dan Achapun pulang bersama.

***

“Nah gue rasa ini deh rumahnya..” kata Rio saat mencari rumah Ify. Saat ini Rio sedang berada di depan sebuah rumah yang cukup besar.

“Rumahnya lumayan gede juga, masih ada ya cewek kaya tapi cupu…” kata Rio.

“yaudahlah mendingan gue masuk aja..” kata Rio berjalan memasuki rumah itu.

TING TONG… Rio memencet bel pintu yang berada di gerbang.

Tak berapa lama seoarang pembantu datang membukakan gerbang.

“Cari siapa?” tanya pembantu itu.

“Ify…” jawab Rio.

“Oo tamunya non Alyssa… silahkan masuk..” ajak pembantu itu. Riopun masuk.

Saat ini Rio sedang berada di ruang tamu rumah Ify. Tak berapa lama Ify datang.

Rio kaget saat melihat Ify. Maklum saja saat itu Ify tampak cantik tanpa kaca mata dan dengan kaos baby milo dan celana hotpans, rambutnyapun di gerai begitu cantik.

“Ehh Rio yaa??” tanya Ify berusaha melihat keberadaan Rio maklum saat itu Ify tidak menggunakan kaca mata.

“I,iya… kamu Ify?” tanya Rio masih gak percaya.

“I,iya lah.. oiya Yo tolong ambilin kaca mata gue donk di atas meja itu…” pinta Ify sambil menunjuk meja yang berada di depan Rio.

“I,iya…” Riopun mengambilkan kaca mata itu.

“Makasih Yo…” kata Ify menerimanya dan langsung menggunakannya.

‘Ternyata Ify aslinya cantik yaaa…’ batin Rio.

“yaudah yok Yoo kita naik aja.. kerjainnya di balkon aja…” ajak Ify.

“Iya..” kata Rio. Ify dan Rio pun naik keatas.

@balkon

Rio dan Ifypun membicarakan tugas kelompok mereka. tiba-tiba saat mereka sedang membicarakan tugas kelompok ada yang datang.

“Alyssaa…” seorang cewek datang mendatangi Ify. Cewek itu sangat familiar bagi Rio.

“Loh?” kaget Rio saat melihat cewek itu. cewek itu Cuma menatap sinis ke Rio.

“Kenapa kak?” sahut Ify.

“Gue mau pemotretan, nanti kalau nyokap tanya, bilang aja gue kerja kelompok…” kata cewek itu jutek.

“Iya kak…” jawab Ify sambil membenarkan kaca matanya.

“Yaudah gue pergi…” pamit cewek itu.

“Oiya .. loe! Kalau ngelihatin biasa aja… gue bukan setan.. dasar cupu…” kata cewek itu dingin saat menyadari kalau sejak tadi Rio cengo ngelihatin dia. Sejurus kemudian cewek itu pergi.

“Udah jangan di dengerin omongan kakak gue…” kata Ify saat cewek itu sudah pergi.

“Kakak?! jadi dia kakak loe? Kok bisa sihh??” tanya Rio bingung. Ify Cuma tersenyum kecil kemudian berusaha menjelaskan semuanya pada Rio.

“Iya… Ashilla itu kakak gue… jarak umur kita Cuma satu tahun…” jawab Ify.

“Ha? Jadi beneran si Shilla itu kakak loe? Tapi kok kalian sekelas sih di kampus? Terus kok kalau di kampus kalian kayak saling gak kenal gitu sihh??” tanya Rio masih bingung.

“Dia sempet berhenti satu tahun setelah lulus SMA soalnya dia mau Kurusu modeling di Prancis, kalau masalah kita gak saling kenal, itu permintaan kak Shilla…” jawab Ify.

“Permintaan dia? Kok bisa?” tanya Rio.

“Yaa loe lihat kan… gue jelek, cupu… dia malu kalau sampek banyak orang tahu gue itu adiknya… ya jadi gue ngikut aja…” jawab Ify menjadi sedih. Melihat kesedihan Ify, Rio menjadi iba.

“Loe jangan sedih donk,, loe cantik kok… gak kalah cantik sama kakak loe..” kata Rio mencoba menyemangati Ify.

“Udahlah… gue itu memang di takdirkan buat cupu, jelek… berbanding terbalik sama kak Shilla, dia cantik, modis… pantas aja dia gak mau akui gue adiknya…” kata Ify malah makin sedih.

“Loe jangan mikir kayak gitu donk, please… loe itu cantik kok, coba loe mau rubah sedikit aja penampilan loe… kayak tadi, kalau loe lepas kaca mata, loe kelihatan cantik… dan kecantikan yang sesungguhnya itu bukan apa yang tunjukan sebagai penampilan tapi apa yang keluar dari diri kita…inne beauty lebih baik Fy..” bujuk Rio. Ify tersenyum saat mendapatkan semangat dari Rio.

“Yaudahlah Yo… lagipula… gue gak terlalu mikirin masalah sepele kayak gitu…” kata Ify.

“Kita lanjutin aja yuk buat pertanyaan wawancaranya…” kata Ify. Rio hanya menurut.

Merekapun melanjutkan kerja mereka. tak berapa lama hape Rio berbunyi.

Drrrrttt Drrrttt… Rio pun mengambil hapenya, dia lihat dilayar bertuliskan ‘GOCAP’

‘Ngapain nie si Ray?’ batin Rio saat melihat layar hapenya.

“Siapa Yo?” tanya Ify.

“Temen gue…” jawab Rio.

“Gue ke sana dulu yaaa…” kata Rio mengambil tempat agak jauh dari Ify.

“Ada apa sih? Kok harus jauh-jauh terima teleponya…” kata Ify lirih.

“Halo.. kenapa Cap??” tanya Rio pada Ray yang berada di sebrang.

“Gawat Broo… di depan Gedung Saint Veronic, seoarang cewek lagi di rampok…” kata Ray yang berada di sebrang.

“Apa? Oke.. gue bakalan segera ke sana… tapi loe jemput gue di depan gedung Saint Antonius… rumah Ify deket gedung itu…” kata Rio.

“Jangan lupa bawain pakaian gue yaa..” bisik Rio lirih.

“Oke.. gue sama Acha langsung ke sana…” jawab ray dari sebrang sana.

Riopun menutup teleponya dan kembali lagi ke Ify.

“Kok nelponnya jauhan sih?” tanya Ify.

“Maaf Fy.. gue harus balik sekarang.. ada yang gawat…” pamit Rio sambil membereskan barang-barangnya.
“Terus tugas kita?” tanya Ify bingung.

“Besok kita lanjutin di sekolah.. ini lebih penting…” kata Rio terburu-buru.

“Yaudah Fy… gue pamit yaa.. dadah…” pamit Rio langsung ngacir pergi.

“Kenapa sihh?? mencurigakan…” batin Ify.

***

Rio terlihat berlari menuju sebuah mobil yang sudah terparkir di depan gedung Saint Antonius, di depan mobil itu sudah ada Ray dan Acha yang menunggu sesuai perjanjian.

“Sorry lama… tadi susah banget cari taksinya…” kata Rio ngos-ngosan.

“udah gak papa.. buruan gih loe pakek bajunya…” kata Ray langsung memberika tas berisikan baju super Rio.

Tanpa di sadari Rio, sejak tadi Rio diikuti oleh Ify, Ify merasa ada yang janggal dengan Rio, sejak awal dia melihat Rio.

“Tas apaan tuh??” batin Ify yang berada di mobil yang berada agak jauh dari mobil Ray.

“Yaudah gue ganti baju dulu yaa…” kata Rio langsung bergegas masuk mobil Ray. tak berapa lama Rio keluar sudah sebagai Stevano the Hero.

“Apa? Jadi Rio itu Stevano The Hero??” kaget Ify yang duduk di belakang.

“Yaudah Ray, Cha kalian ke gedung Saint Veronic sekarang…” perintah Rio. Ray dan ACha Cuma menurut dan bergegas masuk mobil.

“Loe ati-ati ya Yo…” kata Ray dari dalam mobilnya.

“Siph.. yaudah gue duluan yaaa…” kata Rio kemudian berlari dengan kekuatan supernya menuju gedung Saint veronic, diikuti oleh Ray dan Acha yang naik mobil.

“Pak ikutin mobil yang ada di depan…” perintah Ify pada supirnya.

“Baik non…” kata supir itu kemudian menjalankan mobil.

***

“Tolong…Tolong…Tolong…” teriak seorang cewek yang sedang di rampok. Tiba-tiba Stevano The Hero datang.

“Hey perampok!” seru Stevano The Hero. Perampok itupun menengok. Rio kaget saat melihat perampok itu.

“Stevano… akhirnya kita bertemu lagi…” kata perampok itu.

“Kamu?” kaget Stevano.

“Yaaa… aku… Gabriel The Robber… inget kan?” kata perampok itu masih menahan cewek itu. ya perampok itu adalah Gabriel The Robber.. musuh besar Stevano yang belum bisa Stevano lumpuhkan.

“Stevanoo.. tolong aku…” kata cewek itu.

“Ashilla??” kata Stevano lirih. Ya cewek itu adalah Ashilla.

“bagaimana kabarmu Stevano?? Sudah menemukan cara untuk menangkapku?” tantang Gabriel.

“Jangan banyak bicara kamu.. lepaskan gadis itu….” kata Stevano.

“Langkahi dulu mayat ku..” tantang Gabriel.

“Baik!” kata Stevano menerima tantangan Gabriel. Merekapun bertarung dengan sengitnya.

Cukup lama mereka bertarung, sedangkan Shilla hanya ketakutan sambil melihat pertarungan itu.

Saat Shilla sedang ketakutan Ify memutuskan untuk turun dan mendampingi kakaknya.

“Kak Shilla??” kata Ify.

“Ify? Jangan-jangan??” kaget Rio agak buyar konsentrasinya saat melihat Ify datang, namun dia berusaha mengambalikan konsentrasinya.

“Alyssa? Ngapain kamu di sini?” tanya Shilla ketus.

“Ayoo kak kita pergi aja… kakak harus selamatkan diri kakak…” ajak Ify.

“Enggak… kakak gak mau pergi.. kakak mau nemuin Stevano dulu.. jarang tau ketemu sama pahlawan super kayak Stevano.. udah kamu aja yang pergi…” tolak Shilla.

“Aduhh.. ayolah kita pulang ajaa.. kakak masih bisa ketemu Stevano kok di kampus…ooppsss…” kata Ify keceplosan, perkataan Ify itu di dengar oleh Stevano, kembali konsentrasi Stevano buyar. Stevano pun menatap Ify berusaha menysinyalkan ‘jangan katakan’ tapi percuma, Alyssa tak melihat sinyal itu.

“Kampus? Apa maksud kamu? Jadi selama ini kita satu kampus gitu sama Stevano?” tanya Shilla penasaran. Ify speechless.

“jawab Fy? Kalau loe gak jawab?! Gue gak mau pergi…” ancam Shilla. Ify gak berkutik dan dengan terpaksa Ify menjawab.

“Stevano adalah Mario.. anak bari di sekolah kita…” kata Ify. Stevano yang mendnegar itu syok mampus, identitasnya kini sudah terbongkar, seluruh konsentrasinya buyar, membuat peluang besar untuk Gabriel The Robber. Dengan pedangnya Gabriel berusaha memberset muka Stevano namun pedang itu mengenai tali topeng Stevano yang membuat topengnya terbuka.

“Apa jadiii???” kata Shilla kaget, kemudian melihat Stevano yang kebetulan saat itu topengnya terbuka terlihat wajah Stevano yang menyerupai Mario.

“Stevano? Mario? OMG…” kaget Shilla.

“Yaudah kak.. ayoo pergi…” kata Ify langsung menarik Shilla pergi.

“Mampus gue kalau sampek mereka bongkar indentitas gue… gue harus kejar mereka… tapi sebelumnya gue harus kelarin sama perampok ini…” kata Stevano. Kemudian Stevano kembali melawan dengan sekuat tenaga.

***

“Ayoo kak pergii…” tarik Ify.

‘Jadi selama ini Mario itu Stevano… oooohhhh… ini bisa jadi gossip hot di kampus…’ batin Shilla pasrah di tarik  oleh ify. Saat Ify dan Shilla sedang berlari, langkah mereka di tahan oleh Ray dan Acha yang menunggu di depan gedung Antonius.

“Loh elo kan….” tahan Ray.

“Kalian siapa?” tanya Ify.

“Loe lupa sama kita… kita temennya Rio..” kata ACha.

“Ooo… yayaya… sorry gue buru-buru…” kata Ify.

“Yaudah…” kata Acha pasrah.

“TAHAN dia…” seru Stevano yang tiba-tiba datang. Mendengar itu Ray dan Acha langsung menahan Ify dan Shilla. Stevanopun berjalan mendekat.

“Makasih ya Ray, Cha…” kata Stevano.

“Kenapa sih Stev? gimana perampoknya… terus topeng loe???” tanya Ray.

“Topeng ini di putus sama Gabriel… seperti biasa kabur…” jawab Stevano.

“OMG… jadi selama ini loe Mario yaaa?? Kok loe gak pernah bilang sihhh??” tanya Shilla.

“Apa jadi dua cewek ini tau Stev?” tanya ACha.

“Maafin gue Yo.. gue terpaksa…” kata Ify menyesal.

“Jujur gue kecewa sama loe Fy.. tapi loe gak salah kok…” kata Stevano.

“Dan buat loe Shill.. gue mohon dengan sangat loe jangan bongkar kedok gue.. please…” pinta Stevano.

“Emang kenapa? Bukannya untung kalau semua anak tahu siapa loe? Loe bisa terkenal…” kata Shilla.

“Bukan masalah itu Shill… pantang buat pahlawan buat bongkar kedoknya…” kata stevano.

“jadi gue mohon banget sama loe jangan bongkar kedok gue…” lanjut Stevano. Shilla terlihat berfikir.

“Oke Stevano.. tapi ada satu syarat penting buat loe…” kata Shilla.

“Apa??” tanya Stevano.

“Loe harus mau jadi cowok gue…” kata Shilla. Semuanya kaget termasuk Ify, terlihat wajah Ify berubah menjadi sedih.

“Apa? Jadi cowok loe? Enggak bisa.. mungkin dulu pertama gue lihat loe di kampus gue suka sama loe tapi sekarang udah enggak… gue gak bisa..” toloak Stevano.

“kenapa?” tanya Shilla.

“Gue suka sama cewek lain…” jawab Stevano.

“Gue gak perduli loe mau suka sama cewek lain atau gimana.. nasib loe ada di tangan gue..” anca, Shilla. Stevano tak berkutik lagi.

“Oke… gue mau.. tapi mohon.. jangan bongkar kedok gue…” kata Stevano.

“Oke…” jawab Shilla senang. sangat terlihat wajah Ify sedih.

‘Kenapa selalu kak Shilla sihh??’ batin Ify sedih.

‘maafin gue Fy… gue terpaksa… Cuma loe yang gue sukaaa’ batin Stevano menatap Ify.

Akhirnya dengan terpaksa Stevano menerima persyaratan Shilla.

***

Sudah sekitar 1 bulan setelah perjanjian itu. Shilla mengubah seluruh penampilan Rio agar tidak terlalu memalukan sebagai kekasih seoarang most wanted di kampus.

Hari-hari Rio di selimuti rasa bersalah karena membohongi perasaanya, hubungan yang dia jalani bersama Shilla dia jalani dengan sangat terpaksa, karena sesungguhnya dalam hati Rio hanya ada Ify.

Saat ini Rio sedang menuju rumah Shilla untuk menjemput Shilla ke kampus seperti rutinitas biasanya, namun saat Rio tiba dia kaget melihat Shilla bersama cowok lain dan kelihatan mesra banget.

“Shilla?” kaget Rio, Shillapun menegok dan memasang wajah santai.

“Eh elo Yo?” kata Shilla tanpa merasa bersalah.

“Hay Stevano…” sapa cowok itu.

“Kamu?? Gabriel The Robber??” kaget Rio saat mendapati cowok yang bersama Shilla adalah Gabriel The Robber.

“Apa yang kalian lakuin di sini?? Kamu selingkuh ya Shill??” tanya Rio gak terima. Walaupun Rio gak suka sama Shilla tapi bagaimanapun Rio gak terima kalau di hianatin.

“Hmm gimna ya Yoo… jujur sih sebulan pacaran sama loe boring banget… okelah loe pahlawan tapi loe boring.. beda sama Gabriel… dia orangnya asik.. dan jujur sih gue suka sama Gabriel.. so kita putus yaaa…” kata Shilla.

“Putus? Loe serius? Loe mutusin gue??” kata Rio malah senang.

“I,iya.. lagian loe sukanya sama adik gue kan? walau gimanapun gue bukan kakak yang kejam kali.. jadi sorry yaa…” kata Shilla.

“Tapi loe janji kan gak akan buka kedok gue?” tanya Rio memastikan.

“Iya.. tenang aja…udah dehh mendingan loe temuin adik gue.. gue ke kampusnya sama Gabriel… dia cowok baru gue…” kata Shilla.

“yaampun Shill makasih yaaa…” kata rio seneng banget.

“yaudah sana.. tapi inget, awas loe kalau sampek buat adik gue nangis…” ancam Shilla.

“Siph deh… makasih yaa… kalau gitu gue temuin Ify yaaa…” kata rio langsung berlari masuk ke rumah. Shilla dan Gabriel pun langsung pergi ke kampus berdua.

“IFY!!!!!!!” seru Gabriel sambil berlari memasuki rumah Ify. Tak berapa lama Ify muncul denga heran.

“Rio??” tanya ify mendekati Rio. Riopun langsung memeluk Ify.

GYUTTT

“Rio! Loe apa-apaan sih?? Kalau sampek kak Shilla lihat gimana? Dia bisa marah.. nanti kedok loe di bongkar sama dia…” kata Ify dalam pelukan Rio.

“Enggak, Shilla gak akan bongkar kedok gue.. Shilla udah relain gue.. Shilla udah dapet cowok yang cocok buat dia… dan sekarang saatnya gue cari cewek yang cocok buat gue…” kata Rio masih memeluk Ify.

“Apa maksud loe??” tanya Ify berusaha keluar dari pelukan Rio.

“gue sayang sama loe Fy.. gue cinta sama loe… Shilla udah relain gue buat loe.. please Fy, jadi pacar gue yaa… geu sayang sama loe.. gue cinta sama loe..” kata Rio memegang pundak Ify. Terlihat wajah Ify terharu dan dia menitikan air mata.

“kok loe nangis? Loe gak mau jadi cewek gue yaaa??” tanya Rio kecewa.

“Enggak Yo.. gue mau.. gue sayang sama… gue Cuma terharu ajaa… gue sayang sama loe Yo…” kata Ify. Sejurus kemudian Rio langsung memeluk Ify lagi dengan erat.

GYUUTTT…

“Gue janji gue akan jagain loe seperti gue jagain kota ini sebagai Stevano The Hero…” kata Rio memeluk Ify.

“Iya gue percaya sama loe…” kata Ify dalam pelukan Rio.

Kini Stevano mendapatkan cintanya bukan sebagai pahlawan tapi sebagai orang yang normal.

_THE END_

Cerpen


Rasa Ini
Happy Read..
Saran,,baca ini kalo bisa pake backsoundnya vierra - Rasa Ini...


Berulang-ulang denting-denting piano dari lagu ini aku dengar, nada-nadanya begitu bagus, dan indah, apalagi lirik demi liriknya yang selalu aku suka dan tak pernah bosan untuk di dengar...

Terutama hari ini, walaupun lelah kuteparkan tubuhku di kasur setelah mengikuti beribu materi pelajaran disekolah, tapi rasa lelah itu tertutupi oleh senyumku tentang semua yang aku alami hari ini..

Beberapa jam lalu, hmm.. kira-kira 3 jam lalu, aku terkejut melihatnya, memang aku sering melihatnya, bahkan aku memperhatikannya, mengetahui semua tentang dia, tapi hari ini aku benar-benar susah mengatur nafas ketika dia mendekatiku, aku tak kuasa menahan rasa bahagia saat itu, terutama saat ia menyapa dan tersenyum...

***

Dengan sangat lelah, dia tiba-tiba datang duduk disampingku, aku kaget setengah mati, dia mengatur nafas dan meminum air minum yang ia pegang, setelah berlarian merebut bola basket bersama beberapa temannya..

“Pake abis lagi...” terdengar keluhannya melihat botol minum itu lama-lama habis...

Aku masih memperhatikan, dan aku mengambil botol minum di tas ku, sedikit gugup aku memberikan kepadanya..


“Ehm..” tegurku, tanpa melihat wajahnya, aku terus mengulurkan botol minum itu..
“Thanks...” jawabnya sambil meraih botol itu lalu meminumnya sampai habis..
“Makasih ya, eh sori habis...” ia menatapku, akupun melihatnya sambil menganggukkan kepala..
“Ehm, lo siapa? Kok gue ga pernah liat...”
Jantungku berdetak, bukan karena senang, melainkan kecewa, begitu tertutupkah diriku sehingga orang seeksis Rio tidak pernah melihat keberadaanku? Atau kemana saja dia selama ini? Parah, menurutku. Bahkan guru-guru disekolah ini pun sangat mengenal anak yang 2 tahun berturut-turut mendapatkan beasiswa sekaligus menjuarai olimpiade Sains tingkat nasional..
Aku memberanikan diri menatap wajahnya, melihat tatapan matanya yang tampak penasaran..
“Gue Ify...” jawabku datar..
“Ify? Emm, beneran gue ga tau deh sama lo, kelas?”
“XII IPA 3...”
“Oh.. Gue Rio, XII IPA 1...” dia mengulurkan tangannya, aku menbalas uluran itu...
“Eh makasih ya, gue mau kelapangan lagi...” dia lalu pergi...
***
Singkat sekali, tapi aku terus-terusan memikirkannya, siapa yang tidak kenal Rio di seantero SMA Ravenna, anak lelaki yang sangat keren, dan memiliki kedudukan penting sebagai pengurus OSIS bangian olahraga, selain itu menjadi kapten tim basket andalan sekolah, bisa dibilang semua siswi sangat mengidolakannya, tapi ia bukan anak yang sombong, ia ramah kepada semua orang, tampangnya selalu bersemangat dihari-harinya...
Tapi satu hal yang perlu semuanya sadar, Rio telah sukses memenangkan hati gadis pilihannya, Dea Crista Amanda, ia sangat mencintai Dea yang sudah 2 tahun di jadikannya permaisuri hati. Tetapi sikap Dea sanagt bertolak belakang denga Rio, Dea kelihatan sangat angkuh dan sama sekali tidak ramah, mungkin karena posisinya sangat tinggi disekolah ini, yaitu sebagai anak si pemilik sekolah yang sangat kaya raya...
Ah percuma aku mengingat-ingat Rio, toh dia tidak bakal menoleh ku lagi setelah ini, wajahku saja tidak pernah ia lihat, dan yang tadi itu hanya kebetulan, Rio juga pasti akan melakukan hal yang sama jika gadis yang  duduk dan memberikan minuman itu bukan aku...
Ku tak percaya kau ada disini..Menemaniku disaat dia pergi...
Sudah kesekian kalinya aku memutar lagu ini, tak bosan-bosan, dan tak terhitung jumlah saat ini yang ke berapa...
Rio, kenapa wajahnya terperangkap dipikiranku dan tidak bisa keluar dari tulang-tulang terngkorak kepalaku, sampai kapan wajah itu akan tetap disana? Berulang kali ku coba untuk memikirkan hal lain, tetapi tetap saja wajah Rio yang dating menyapa…
***“Lo itu yang ga bisa ngertiin gue!!!”
“Mau lo apa sih De? Gue selalu ngertiin loe, cuma lo nya aja yang ngeyel kalo diomongin!”
“Begini sikap cowok yang ngertiin ceweknya? Muna lo!” Dea meninggalkan Rio yang terpaku sendirian…
Aku terkejut melihat kejadian ini, hanya aku, ga ada orang lain di koridor selagi jam pelajaran seperti ini..
Dea tampak marah sekali pada Rio, tatapan matanya sangat menakutkan pikirku. Tapi, untuk apa aku diam disini? Bukannya aku harus cepat-cepat mengambil buku-buku di ruangan bu Winda?
“Apa lo liat-liat?!!” Dea menatapku sinis ketika dia melewatiku, aku menunduk ketakutan…
Rio hanya menghela nafas melihat sikap Dea, tak sedikitpun ia menoleh kearahku, malahan ia melangkahkan kakinya gontai menjauhiku… Ingin sekali aku menghampirinya, sepertinya ia sangat menyesal dengan apa yang terlah terjadi barusan, tapi sudahlah tak ada gunanya, lagipula siapa aku dimatanya?
Jam istirahat tiba, perlahan-lahan aku melupakan kejadian yang sama sekali tidak ada hubungannya denganku tadi. Kulangkahkan kakiku menuju tempat favoritku, salah satu sisi taman dibelakang sekolah yang hampir tidak pernah dikunjungi orang lain kecuali aku, aku suka tempat itu, tempat yang sederhana, tetapi nyaman dengan beberapa tanaman bunga warna-warni, dan hanya satu bangku panjang sederhana disana..
Aku terkejut mendengar suara-suara yang kudengar ditempat itu, seperti suara gerakan orang yang sedang duduk disana, aku makin mendekat dan suara itu pun makin jelas, lama-kelamaan aku mendengar suara lain, yaitu seperti tangisan seseorang, jantungku berdegup. Takut. Ya, siapa yang sedang menangis disana? Bahkan aku sendiripun jarang untuk melimpahkan kesedihan disana…
“Siapa itu?” tanyaku dan makin mendekatinya…
 Tapi tak ada jawaban sama sekali, aku pun mulai penasaran, ku singkapkan dedaunan pohon yang menutupi penglihatanku, aku terkejut melihatnya…
***
“Eh…maaf…” kataku pelan, dia menoleh dan menyeka air matanya. Aku membalik badan dan melangkahkan kaki kananku…
“Tunggu!” cegahnya, aku pun berbalik lagi dan melihatnya…
“Maaf gue ganggu…” kata ku saraya menghela nafas…
“Lo ada perlu ditempat ini ya?” dia menggeser posisi duduknya tanda mempersilahkan aku untuk duduk..
Walaupun ragu, aku mengikuti untuk duduk disebelahnya...
“Gue ga ada perlu apa-apa kok, tapi emang gue sering kesini...” jawabku
“Oh, jadi gitu... Bisa dibilang ini tempat lo banget kan?! Maaf kalo gitu, gue udah dateng tanpa izin...”
Aku mengangguk, “Ga papa kok... Gue ngerti.. Mungkin ada orang lain yang butuh tempat ini selain gue..”
Rio tersenyum, “Ya seperti gue sekarang, gue lagi sedih, maaf ya tadi gue seenaknya nangis ditempat ini, gue rasa lo tau alesannya...”
“Tapi gue juga minta maaf, tadi gue ga bermaksud buat...”
“Udahlah Fy.. lupain aja semua yang lo liat tadi, gitulah sifatnya Dea, dia orang yang mau banget disalahin, gue emang sayang banget sama dia, tapi kadang gue ilfil sama sikap dia yang kaya gitu, dan ginilah jadinya kalo dia udah kelewatan...”
Ify manggut-manggut dalam hati ia puas sudah mengetahui masalah yang ditimpa orang yang ia sukai itu..
“Eh maaf Fy.. kok gue jadi curcol ya...” Rio tertawa kecil
“Ga papa, lo yang sabar ya...” jawab Ify
“Gue udah berusaha untuk sabar dan selalu minta maaf ke dia, tapi kalo lama-lama gini gue jadi males sendiri. Orang-orang boleh taunya hubungan gue sama Dea baik-baik aja, ga ada masalah, tapi mereka semua salah, banyak banget masalah gue sama Dea yang selalu diakhirin dengan permintaan maaf gue, alesannya cuma satu gue terlalu cinta sama Dea...”
Tersentak aku mendengar pengakuan Rio tentang perasaannya, mataku sudah mulai panas mendengar itu, mungkin aku memang hanya ditakdirkan menjadi seorang secret admirernya saja...
“Emm, kalo gitu loe minta maaf aja sama dia, siapa tau setelah ini ga bakal ada lagi berantem-beranteman, gue doain deh...” aku tersenyum meskipun itu pahit..
“Makasih Fy.. Emm, makasih juga buat tempat ini, bagus kok tempatnya...” jawab Rio
Aku mengangguk dan menyudahi pembicaraan kami...
***
Kembali aku teringat dengan kata-kataku kepada Rio tadi, seharusnya aku merasa senang karena komunikasi aku dan dia sudah selayaknya teman, tapi aku bodoh! Mengapa aku mengusulkan itu? Mengapa harus aku yang mengusulkan dia untuk meminta maaf kepada Dea? Padahal aku tahu itu membuat perasaanku sangat sakit!
Air mataku menetes selagi jam pelajaran dimulai, aku tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran ini, tetapi aku berusaha melupakan kebodohanku tadi dengan cara berkata, “Ah biarlah, jika Rio bahagia, aku harus lebih bahagia...”
Sesekali aku melihat ke jendela di kelas ku, dan terkejut melihat Dea sudah berdiri disana, dia menatapku.. sinis.. aku sangat takut melihat matanya, dia mengisyaratkan padaku untuk menemuinya di waktu pulang sekolah...
***
Dengan masih ketakutan ku temui gadis itu, dia telah menungguku sendiri di depan kelasnya, semua orang sudah tak ada disana, awalnya aku takut kalau dia akan mengajak teman-temannya dan melabrakku..
“Berani juga lo!” sapanya kasar
Aku masih diam, “Ma...mau.. eh.. ada perlu apa De?”
PLAAKK!! Tamparan tangan itu mendarat tepat di pipiku, aku meringis kesakitan karena terkejut, aku tak berani menatapnya..
“Ga usah pura-pura bego! Lo sengaja kan deket-deketin cowok gue!!” bentak Dea
“Nggak kok De...” jawab ku, air mataku mulai menetes..
“Hei! Lo ga usah sok suci ya! Lo pikir gue percaya apa sama tampang lo yang sok lugu itu!” Dea mununjuk-nunjukku..
“Gue ga ada niat De...”
“Halah! Basi tau ga! Awas ya, mulai sekarang kalo gue ngeliat lo sama cowok gue lagi,hidup lo bakal sengsara!!!” Setelah mengucap kata-kata itu, Dea pergi, ia menatapku tajam...
Langkahku bertambah berat, seperti ratusan ton besi menumpuk di sepatuku, air mataku masih menetes hingga pulang ke rumah...
Perasaanku lebih galau dari biasanya, aku senang tapi berakhir dengan kecewa... Kutulis semua tentang ke galauanku di diary kesayanganku, diary yang berisi semua perasaanku dari awal aku memilikinya...
Keputusanku bulat, aku harus melupakan dia...Tentang lagu itu, kutulis semua liriknya, dan mungkin jadi tulisan terakhirku di diary kali ini, tak lupa kutulis nama orang yang kutujukan dalam lirik lagu itu... Rio....
***
Terus-terusan aku mengucap dalam hati untuk melupakannya, tapi dari menyebut namanya aku selalu ingat, selalu ingat! Seakan-akan ada yang kurang dihatiku kalau tidak menyebut namanya...
Disini memang tempat yang tepat bagiku untuk menenangkan diri, ya, taman belakang tempat dimana aku menemukan Rio yang menangis disana..
Ku buka kembali diaryku, melihat, dan membaca ulang apa yang telah aku tulis kemarin...
Sungguh bahagia kau ada disini...Menghapus semua sakit yang kurasa...
Air mataku menetes lagi untuk kesekian kalinya dan membasahi buku diaryku, cepat-cepat aku menghapusnya ketika mendengar suara hentakkan kaki menghampiri..
“Ify...!!!!” dia datang! Dengan meneriakkan namaku dia menghampiriku, ditambah raut wajahnya yang berseri-seri...
“Gue udah tebak loe pasti disini!!! Gue seneng Fy.. Gue seneng!!” dia meloncat-loncat dihadapanku..
Aku hanya tersenyum, ku perhatikan gerak-geriknya, tak sempat aku bertanya ia sudah duduk disebelahku..
“Ify, gue udah baikan sama Dea!!” ujarnya bangga. Kembali aku menahan rasa yang menusuk-nusuk dihatiku saat ini..
“Oh ya?” tanya ku pelan, suaraku agak parau...
“Iya, barusan aja gue minta maaf sama dia, dan dia langsung maafin gue, dia bilang dia ga mau berantem lagi sama gue, dan dia janji buat ga ngelakuin hal yang udah lewat yang nyakitin gue...”
“Baguslah, selamat ya...” balasku..
“Iya iya... ini berkat lo juga Fy.. makasih ya... Eh tapi tunggu...” raut wajah Rio berubah ketika melihatku..
“Lo nangis Fy? Kenapa?” tanya Rio, wajahnya sedikit khawatir..
“Eh nggak kok.. kata siapa.. Gue ga nangis...” aku mengelak sambil menyembunyikan wajahku..
“Bohong ah, itu matanya merah.. Lo kenapa? Ada masalah?”
“Nggak Rio, gue ga papa...” aku tetap mengelak pertanyaannya..
“Kalo lo mau, lo bisa cerita ke gue.. Gue bakal dengerin, dan siapa tau gue bisa kasih solusi...”
Aku tetap pada pendirianku dan hanya menggeleng padanya..
“Ya udah gue ga maksa, yang pasti kalo lo butuh temen lo cari aja gue...” Rio tersenyum, “Fy, gue cabut dulu ya, mau nemuin Dea... Daaah..” Rio langsung berlari meninggalkanku..
Mungkinkah kau merasakan..Semua yang ku pasrahkan...Kenanglah kasih..........
Aku berusaha menarik kedua sisi bibirku untuk memperlihatkan bahwa aku tidak kecewa, meski air mata itu tetap mengalir, aku yakin senyumku akan melawan semuanya...
***
“Maaf ya De lama...” kata Rio setelah ia menemui Dea..
“Iya iya ga papa, emm.. emang tadi dari mana?”
“Itu ada temen gue.. Eh iya, nanti malem ada waktu ga? Kita dinner yuk...” ajak Rio
Dea membelalakkan matanya tampak gugup..
“Emm... ntar malem ya? Aduh Yo, sori gue ga bisa....” sesal Dea
“Ga bisa kenapa?”
“Gue... gue.. mau.. mau temenin mama, iya, mau temenin mama ke acara temennya...” jawab Dea, iya mengatur nafasnya gugup..
“Oh gitu, ya udah ga papa, lain kali aja deh...” Rio tersenyum
“Iya, maaf ya... Ntar gue pasti sempetin waktu deh...” ujar Dea....
***
Malam harinya, alhasil Rio hanya sendiri, ia merasa bosan dan pergilah ia keluar untuk berjalan-jalan sejenak... Secara tiba-tiba ia memarkir cagivanya tepat di sebuah restoran makan malam terkenal di Jakarta, ia mencurigai sesosok wanita cantik dengan gaun putihnya didalam sana yang sedang duduk berdua bersama orang lain...
Rio masuk ke resto itu, dia sedikit bersembunyi di balik jaket kulitnya, hatinya tiba-tiba bagai tertusuk-tusuk pisau melihat gadisnya sedang berpegangan tangan mesra dengan pria lain...
Hati Rio sudah panas, tapi dia menahan emosi, perlahan-lahan dia mendekat ke arah Dea dan pria itu..
“Ehmm...” sapa Rio, sontak Dea langsung melepaskan genggaman tangannya dan melihat Rio..
“Hai De... Nyokap lo mana?” tanya Rio ia berpura-pura memandang sekitar...
“Oh ini ya? Sejak kapan nyokap lo pake jas?” Rio mulai menatap Dea sinis...
Dea tampak sangat ketakutan dan ia tak mengeluarkan kata-kata sedikitpun..
Rio menahan tawanya dan hanya tersenyum,
“Nyantai aja kali, ga usah gugup gitu ketemu temen, okee, gue cabut ya, ga enak lama-lama gangguin... Over...” Rio melangklahkan kakinya sambil menatap Dea tersenyum...
***
Panik! Itu yang aku rasakan sekarang, diama buku itu? Dimana diary bersampul hijau tosca itu? Berulang-ulang aku mencarinya di kamar, sampai ke seluruh penjuru rumah aku cari..
“Apa mungkin disekolah ya?” gumamku, tapi sayang hari sudah larut malam, tak ada waktu lagi untuk mencarinya, aku pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat agar esok bisa datang lebih pagi kesekolah...
***
Dan benar saja, aku datang selagi sekolah masih sepi, cepat-cepat ku lihat meja tempatku duduk, di laci, bahkan di loker sekolah, tapi hasilnya nihil. Perasaan cemas ku bertambah parah, aku pun berlari ke taman itu, kucari disekitarnya, kucari sampai ke pelosok semak-semak...
Ck! Lagi-lagi aku berfikir bahwa aku adalah gadis yang bodoh! Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan barang berhargaku di sembarang tempat? Bagimana tanggapan orang yang membacanya? Sepertinya aku memang harus bersiap untuk dipermalukan hari ini juga...
“Apa mungkin ditemuin sama seseorang ya?” gumamku masih dengan perasaan gelisah...
Aku memelotokan mata ketika melihat Rio yang berjalan di koridor sekolah. Aku baru ingat, terakhir aku membawanya ketika bersama Rio, apa mungkin diary itu ada ditangan Rio???
***
Sesampai dirumah aku masih bersyukur bahwa tidak ada yang mempermalukanku disekolah karena diary itu, aku pasrah. Mungkin diary itu memang telah hilang secara tragis, dibuang, dibakar, atau mungkin basah dan hancur karena air...
Duduklah aku di taman komplek sore ini, sendiri, tanpa ditemani diary kesayanganku, kubunyikan mp3 dari ponselku untuk mengusir sepi, aku tersenyum melihat judul lagu teratas yang sering sekali aku putar, sekali lagi, diwaktu ini aku memutar kembali lagu itu...
Ku suka dirinya, mungkin aku sayang..Namun apakah mungkin kau menjadi milikku...
Ku nikmati setiap alunan melody dari lagu itu dengan menghayati lirik-liriknya, akhirnya air mata dalam senyumanku menetes kembali.. Sambil memandangi langit-langit sore hari yang cerah, aku melihat banyang sesosok orang yang berdiri dibelakangku.. Aku menolehnya...
Senyuman dan tatapan mata yang teduh itu kembali memikatku saat ini, dengan penampilannya yaang sederhana, hanya dengan kaos, jeans dan sweater birunya. Sedikit menyesal karena artinya aku telah gagal menghilangkannya di otakku, dan aku yakin otakku akan cepat sekali merekam raut wajah yang merupakan anugerah Tuhan yang sedang berdiri dihadapanku ini..
“Hei...” sapanya, aku pun berdiri...
“Lo lagi ngapain Fy? Kok sendiri?”
“Gue ga ngapa-ngapain, cuma mau nikmatin langit aja...” jawabku, “Ehm, ada apa ya Yo? Kok lo kesini?”
“Ga papa, kebetulan lewat dan gue liat lo...” jawab Rio tersenyum...
“Fy, gue mau kasih tau sesuatu...” Rio menghela nafas..
“Iya, ada apa? Lo ada masalah lagi?” aku memberanikan diri untuk bertanya..
“Gue putus sama Dea...” Rio memejamkan matanya sesaat..
Aku terkejut mendengar kata-kata itu, ada sesuatu yang bergetar dihatiku saat ini, seakan-akan darahku yang sempat berhenti kini mengalir kembali dengan lancar dan bertambah cepat..
“Gue.. gue udah tau Dea itu orangnya gimana, dia udah jahat sama gue, dia kepergok selingkuh dibelakang gue! Dan gue liat sendiri...” ujar Rio, nada bicaranya tampak tenang dan tidak gugup ataupun sedih..
Aku lebih kaget mendengar fakta itu, tak kusangka Dea bisa bersikap sangat keji, dia benar-benar jahat dengan memperlakukan orang yang sangat mencintainya dengan cara begini.
“Lo sabar ya Yo.. Gue yakin lo pasti dapet pelajaran penting dari semua masalah lo, dan lo harus percaya, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya...”
Rio tersenyum, “Thanks Fy.. Gue beneran dapet pelajaran itu.. Dan, dan sekarang gue tau masih ada dan banyak banget cewek yang lebih baik dari Dea, yang bisa gue cintai, dan yang lebih berhak dapetin cinta tulus gue..
Aku membalas senyumannya, dan lega dengan kata-kata yang diucapkan Rio.. Setidaknya aku bisa tersenyum kembali melalui hari-hari hidupku dengan menjadi orang yang mengaguminya bahakan memendam perasaan padanya..
Kau pernah menjadi, menjadi miliknya...Namun salahkah aku...Bila kupendam rasa ini...?
“Ify...” tegur Rio lagi...
“Kalo nyimpen perasaan buat seseorang itu ga salah ya?” Aku terkejut mendengar pertanyaan Rio..
“Eh... maksudnya? Kok lo nanya gitu ke gue?”
Dia sedikit tertawa mendengar jawabanku, sementara aku masih tampak heran..
“Gue udah tau dan nemuin cewek yang lebih baik itu, gue yakin dia lebih baik daripada Dea, dan... dan sekarang dia ga perlu nyimpen perasaannya lagi...” Rio mengeluarkan sesuatu ditanganya dan menunjukkannya kepadaku sambil tersenyum...
Jantungku terasa tinggal tersangkut seperti benang, yang artinya sudah sekarat dan siap untuk terlempar-lempar diskujur tubuhku, kulihat senyumannya yang penuh arti itu sambil memegang buku yang sejak kemarin aku cari-cari...
Aku membalas senyumannya, mulai berani menatap wajahnya, rona merah tampak jelas di pipiku...
“Ify, mulai detik ini, esok, dan seterusnya....” bisik Rio...